Sumber: radarbekasi.id
Nadiem Makarim, selaku
Mendikbudristek memiliki berbagai pertimbangan untuk melakukan pembelajaran
tatap muka bagi sekolah dan perguruan tinggi. Seperti yang kita ketahui,
semenjak bulan Maret 2020 Indonesia dilanda wabah virus corona yang menyebabkan
beberapa sektor seperti pendidikan menjadi terbatas ruang geraknya. Bulan
berganti bulan hingga tak terasa satu tahun lamanya siswa dan mahasiswa
melakukan kegiatan pembelajaran secara daring. Hingga pada bulan Juli, kasus covid-19
di Indonesia mulai melandai, angin segar bagi dunia Pendidikan di Indonesia.
Mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya kasus covid-19 yang telah landau,
dan sudah banyak dari masyarakat yang mendapatkan vaksinasi Mendikbudristek
mengeluarkan SKB 4 Menteri.
Dengan dikeluarkannya SKB
4 Menteri, perguruan tinggi yang berada di PPKM level 1-3 diizinkan untuk
menggelar perkuliahan tatap muka terbatas yang tentunya dengan menerapkan
protokol kesehatan. Berbagai perguruan tinggi mulai melaksanakan perkuliahan
tatap muka terbatas, tak terkecuali Universitas Muhammadiyah Surakarta. UMS
salah satu perguruan tinggi yang menggelar perkuliahan tatap muka terbatas pada
semester gasal tahun ajaran 2021-2022. Dimulai dari mahasiswa penempuh mata
kuliah semester 7, kemudian semester 5, lalu semester 3, dan yang terakhir
adalah penempuh mata kuliah semester 1.
Sejak pertengahan bulan
September UMS telah menggelar perkuliahan tatap muka terbatas bagi mahasiswa
penempuh mata kuliah semester 7. Berbagai syarat ditetapkan untuk bisa
mengikuti perkuliahan tatap muka terbatas, seperti mahasiswa wajib menjalani
vaksinasi minimal satu kali, dan mendapatkan izin dari orantua/wali untuk
mengikuti perkuliana tatap muka. Meskipun universitas sudah mengeluarkan SE
mengenai perkuliahan tatap muka terbatas, pelaksanaan itu tetap mengikuti
aturan dari masing-masing dosen. Ada dosen yang mewajibkan perkuliahan tatap
muka, namun ada juga dosen yang tetap melakukan perkuliahan secara daring.
Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tatap muka pun tidak terlalu banyak.
Seperti yang terlihat pada Rabu, 27 Oktober di kampus 1 FKIP. Hanya beberapa
mahasiswa saja yang terlihat berlalu-lalang di kampus 1 FKIP. Terlihat ada
mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan, ada juga mahasiswa yang sudah mengikuti
perkuliahan, dan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas dengan teman-temannya.
Fairly salah satu
mahasiswa semester 5 yang akan mengikuti perkuliahan mengatakan bahwa ia
sebenarnya memiliki kekhawatiran saat mengikuti perkuliahan tatap muka. Karena
menurutnya pandemi ini masih benar-benar belum berakhir. “Yang penting kita
menaati protokol kesehatan gitu, setelah kuliah juga mending langsung pulang
nggak mampir kemana-mana gitu.” ujar Fairly.
Beberapa mahasiswa
memang lebih menyukai perkuliahan daring, namun ada juga mahasiswa yang
menyukai perkuliahan luring. Bagi mereka yang menyukai daring memiliki alasan
yang beragam salah satunya karena perkuliahan daring lebih fleksibel dan
terlanjur menyukai perkuliahan daring karena sudah satu tahun menjalaninya.
Namun, bagi sebagian mahasiswa juga memilih perkuliahan luring karena ingin
bertemu dengan kawan ataupun memang diwajibkan untuk mengikutinya.
“Kalau daring lebih
fleksibel waktunya bisa dari rumah, kalau luring kan harus menyempatkan waktu
ke kampus. Kalau daring juga kan masih ada waktu untuk mengerjakan tugas, bisa
disambi lah. Jadi ya lebih pilih daring” ujar sekar, salah satu mahasiswa
semester 5.
Komentar
Posting Komentar